Kamis, 24 Maret 2016

Senjakala Ormawa

Organisasi internal mahasiswa adalah organisasi dalam kampus yang beranggotakan mahasiswa yang bertujuan mewadahi bakat, minat dan potensi serta mengembangkan skill kepemimpinan dan berorganisasi. Selain untuk mewujudkan visi dan misi universitas, organisasi internal kampus adalah wahana untuk mengembangkan kekritisan mahasiswa terhadap seluruh kebijakan kampus. Melalui organisasi internal kampus, diharapkan mahasiswa memiliki kepekaan terhadap kebijakan kampus atau kebijakan pemerintah, maupun isu - isu sosial yang ada di sekitar.

Di Universitas Airlangga, seperti halnya perguruan tinggi lain,  terdapat banyak organisasi internal kampus. Mulai dari BEM sebagai lembaga eksekutif, BLM sebagai lembaga legislatif, hingga puluhan UKM yang mewadahi pengembangan bakat dan minat mahasiswa serta Himpunan Mahasiswa Departemen (HMD) yang harusnya menjadi rumah paling dasar untuk membentuk jiwa kritis mahasiswa.

Tiap organisasi internal kampus punya visi dan misi masing-masing yang tujuannya kurang lebih sama seperti yang saya sebutkan di awal. Namun, sekarang ini justru banyak organisasi internal kampus yang telah mengkhianati perannya sendiri. Alhasil bukannya menumbuhkan kekritisan dan kepekaan sosial, justru menelurkan mahasiswa yang hipokrit. Mahasiswa yang berbaju visi dan misi adiluhung tetapi tidak benar-benar menjalankan visi misi tersebut.

Di Fakultas Ilmu Budaya sendiri, organisasi internal kampus lebih sering mengadakan kegiatan minim manfaat. Kegiatan yang bersifat hedonis dan menghabiskan uang. Saya kira seluruh warga FIB mengerti bahwa organisasi internal kampus lebih sering mengadakan kegiatan seperti lomba-lomba olahraga, event-event yang diada-adakan, hingga idol-idolan. Kemudian dalam lingkup internal lembaga mahasiswa sendiri, sering dan hampir selalu ada manipulasi dana dalam tiap pengajuan proposal. Mahasiswa hobi berdalih, "Kampus ki duite akeh, eman nek ra njaluk."

Akhirnya organisasi internal kampus kita sibuk menjadi pengemis. Wara-wiri mengajukan proposal untuk meminta dana pada pihak birokrasi kampus. Tentu dengan prop
osal yang bersifat hipokrit juga. Proposal yang nampak meyakinkan dengan segala tujuan kegiatan yang dikarang sekenanya. Voila!
Dana mengucur, event pembodohan berjalan, hampir semua mahasiswa menyenangi event tersebut, dan kekritisan pun berkarat.

Source: eventsid.co
Di sinilah pihak birokrasi kampus berhasil 'mengelus-ngelus' pipi para mahasiswa dan kemudian membuatnya terlelap. Sebab dengan mendanai event-event organiasasi internal kampus, mahasiswa akan memiliki jadwal yang padat dan tidak ada waktu untuk mengkritisi kebijakan kampus maupun isu - isu sosial yang ada.

Mahasiswa yang katanya agen perubahan akhirnya lebih nyaman menjadi event organizer. Ketika masyarakat sekitar dicekik oleh kejamnya kapitalisme, organisasi internal kampus sedang berfoya-foya khas kapitalis. Bukannya membuat perubahan dan berupaya menjadi penggerak kesejahteraan masyarakat, organisasi internal kampus lebih memilih menjaga jarak dari masyarakat. Isu-isu sosial maupun negara diabaikan dengan sibuk mengurus event tersebut.

Seharusnya organisasi internal kampus bisa menjadi wahana paling efektif untuk mengembangkan nalar kritis. organisasi internal kampus dengan anggota dan jangkauannya yang luas melingkupi seluruh FIB, lebih baik mendekatkan lagi mahasiswa dengan kajian keilmuan, penelitian, dan diskusi. Bukan menyalahgunakan kekuasaan dengan menjauhkan para mahasiswa dari itu semua.

Kajian keilmuan bisa diterapkan dengan mengadakan seminar-seminar keilmuan atau seminar yang membahas isu-isu negara. Setiap hal yang dikaji bisa dipandang dari berbagai perspektif keilmuan. Dalam satu seminar bisa membahas suatu isu negara dengan fokus dalam kajian sejarahnya. Atau bisa dalam satu seminar yang membahas suatu masalah dihadirkan pembicara dari berbagai perspektif keilmuan untuk nantinya menemukan titik temu dan solusi. Seminar tidak melulu membahas isu atau masalah, bisa juga membahas suatu materi keilmuan dengan  dan tuntas. Setidaknya dana lebih tepat guna.

Penelitian dalam hal ini bertujuan untuk melatih kemampuan mahasiswa dalam merealisasikan teori. Selain itu, kegiatan diskusi setidaknya bisa dimulai dengan menggunakan pojok-pojok, gazebo, lorong, dan hall kampus sebagai tempat diskusi. Fasilitas kampus tidak mubazir dan saya kira tidak berat di dana. Lha wong cuma diskusi sekelompok atau beberapa kelompok.

Akhirnya, semoga lembaga internal mahasiswa berfungsi sesuai fitrahnya. Tidak menyamai event organizer atau pengemis dana.

1 komentar:

  1. Di kampus kami mahasiswa lebih suka membuat acara hura-hura daripada mengkritisi kenyataan yang ada.

    BalasHapus