Selasa, 22 Maret 2016

Bagaimana (?)

Bagaimana hati ini bisa berhenti memaki kalau manusia terus saja membuang kemanusiaannya.

Bagaimana pikiran bisa teratur dengan hanya berangkat-kuliah-nugas-tidur, jika manusia di sekitar selalu saja mengusik pikir dengan parade kedunguannya.

Bagaimana bisa berhenti mengumpat, sementara setelah aku mafhum, manusia pasti memulai lagi polah kebinatangannya.

Bagaimana bisa abai terhadap semua, sementara kehidupan sedang sangat tidak baik-baik saja.


Bukan. Bukan aku merasa benar sendiri. Mulia sendiri. Pintar sendiri. Baik sendiri. Tidak sama sekali.

Kalian pikir aku senang dengan segala kesendirian? Tidak!

Aku lebih senang berjuang bersama. Tapi jika tidak ada yang bisa diajak bersama, bukankah sendirian lebih baik?
Aku bukan maniak gerombolan, apalagi gerombolan tak berisi.

Kalau aku benar, aku tidak ingin menyimpannya untukku sendiri. Aku tidak akan kaya dengan hanya begitu. Aku juga ingin, sangat ingin, kalian membantu berbagi. Bukannya indah, Kawan?

Jangan kira aku ini baik dan mulia. Hatiku tak henti berburuk sangka sambil mengumpat, lalu sesekali merencanakan pembunuhan.

Tapi ayolah, bukankah kita semua sepicik itu?

Ah, tapi aku tidak picik. Maaf saja. Kalian yang picik. Aku picik picik cerdik.

Sombong? Terserah!

Jadi, mau berjuang bersama atau tetap setia dengan kemegahan yang dipaksakan itu? Hah?

Eh, tapi aku masih manusia. Tidak sebinatang kalian.

Jadi, mau berjuang bersama?


*bukan puisi

0 komentar:

Posting Komentar