Rabu, 01 Juni 2016

Surat Rahasia untuk Diriku 5 Tahun Mendatang


picture source: www.tutorial-webdesign.com

Yang Terhormat, Diriku Sendiri di 5 tahun mendatang...

Ah, aku tidak tahu bagaimana harus membuka surat ini. Setahuku kau tidak suka basa-basi dengan pertanyaan seputar "apa kabar" atau "sedang apa". Tapi entahlah, siapa tahu kau sudah berubah menjadi lebih ramah kan? Diriku, sehari sebelum menulis surat ini, aku baru saja membenci seorang teman karena dia bisa update status berkali-kali tapi tak sedetikpun sempat membalas pesanku. Dan, oh ya, dua jam sebelum menulis surat ini, aku sudah beberapa kali mengumpat. Mengumpati kesalahan orang lain, dan sesekali menertawakan kedunguan orang lain. Jadi, Diriku, kamu apa kabar? Setelah mengembara selama lima tahun, masihkah kau labil dengan keangkuhan atau sudah lebih dewasa dan bijak dalam bersikap?

Diriku, kau tahu bahwa aku sering menulis surat. Tentu saja. Bukan hal baru bagi kita. Tapi asal kau tahu, surat kali ini berbeda. Aku menulis surat tanpa meminta dibalas, hanya minta dibaca dan syukur kalau direnungkan. Itupun kalau Tuhan belum bosan melihatmu di dunia, karena aku tidak tahu apa si penerima surat ini masih hidup atau sudah meninggal nantinya. Dalam Catatan Seorang Demonstran, Gie menulis, "Seorang filsuf Yunani pernah berkata bahwa nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan tersial adalah umur tua". Aku tidak mengaminkan, karena aku ingin hidup sejuta tahun lagi. Aku suka tantangan, hidup di dunia penuh goncangan, tentu surga akan sangat membosankan. Bagaimana denganmu? Hei jangan tertawa begitu, begini-begini aku adalah masa lalumu. Kalau sekarang kau siap mati kapan saja, berarti lima tahun ini kau sudah mengalami berbagai hal hebat hingga merasa sudah cukup berpetualangnya. Haha.

Bicara tentang berpetualang, apa kita masih sama? Aku telah membuat kesepakatan dengan masa lalu kita, bahwa berpetualang adalah nama lain dari berjuang. Memperjuangkan keadilan, kemanusiaan, kebenaran, dan nasib. Nasib itu paling realistis, nasib perut sendiri, ya kan? Dasar memang aku munafik, membopong kata-kata heroik sana-sini, tapi sedikit bertindak.
Kau seharusnya masih sama dalam memaknai petualangan, namun sudah berbeda dalam realisasi. Lima tahun! Lima tahun berlalu dan jika kau masih saja ogah keluar kamar untuk mengimbangi kata-kata dengan tindakan nyata, lebih baik mati saja! Aku setuju dengan Gie dalam konteks ini. Hidup yang sia-sia jauh lebih mengerikan daripada mati sia-sia.



source: www.stihi.ru

Hidup bagiku adalah perjuangan. Tentang apa yang diperjuangkan, semua manusia akan menentukan sendiri sesuai nalurinya. Terdengar konyol? Mungkin bagimu aku hanyalah seorang mahasiswa yang latah akan perjuangan. Seseorang dengan jiwa muda yang sedang menggelora, tanpa pernah dihadapkan pada masalah realistis seperti gajian dan tanggungan per bulan. Lho, jangan lupa, aku juga berkutat dengan masalah uang bulanan, bayar kos, dan tahu sendirilah bagaimana pola makan. Mungkin kau sekarang menghadapi masalah pribadi yang lebih rumit. Tapi jangan sampai lupa, bahwa hidup bukan hanya tentangmu, hidup adalah tentang kita semua. Karena masalah kemanusiaan dan keadilan masih terus berjalan, entah lima tahun mendatang, atau sampai kapan, maka perjuangan harus dilanjutkan. Masih manusia, kan? Kalau sampai kau kehilangan rasa kemanusiaan, saat ini juga aku mengutukmu menjadi centong nasi. Setidaknya lebih berguna.

Oh ya, Diriku, apa target-targetku sudah tercapai olehmu? Kalau kau sekarang kaya, terkenal, dan terpandang, jangan lupa bahwa itu bukan tujuanku. Itu hanya sarana mencapai tujuan. Kalau masih kere dan tidak terkenal, sudah kudoakan dengan "Yang Terhormat" di awal surat. Aku menghormatimu, bukan dari materi, tapi hati yang semoga masih bergetar melihat kemanusiaan diinjak.

Hmm, sebenarnya aku penasaran sekali ingin bertanya, apa kau sudah jatuh cinta? Bagaimana rasanya? Apakah seindah seperti yang para pujangga bilang? Siapa laki-laki yang sial telah mencintaimu? Saat menulis ini, aku masih percaya bahwa jatuh cinta adalah sebuah kekonyolan yang payah. Jika kau sudah berdamai dengan cinta, coba ditelaah lagi.


Hormat saya,

Dirimu 5 tahun lalu

0 komentar:

Posting Komentar